Media yang mempengaruhi
Media
– Mempengaruhi atau Dipengaruhi ?
Gempita pesta demokrasi kian
menggelora. Hiruk pikuk para calon wakil rakyat maupun mereka yang telah
ditasbihkan atau bahkan menasbihkan diri sebagai calon pemimpin masa datang
sejak lama telah ‘menjual’ keunggulan dirinya.
Media ! Ya, tentu diperlukan media
sebagai sarana promosi. Entah media apa saja dimanfaatkan oleh para petarung
politik. Mulai dari batang pohon hingga elektronik. Sekedar menggunakan paku
sampai teknologi canggih. Menyambangi rakyat di ruang terbuka bahkan menguntit
setiap warga negeri ini masuk ke ruang pribadi. Semua jalan dan cara di tempuh
demi meningkatkan popularitas dengan harapan dapat mendongkrak
elektabilitasnya.. Maka efektivitas dan efisiensi setiap jenis mediapun
dikalkulasi, agar dapat menangguk suara rakyat sebanyak mungkin di hari
perhitungan nanti. Tentulah dalam hitung-hitungan politik.
Di masa kampanye, media cetak dan
elektronik memang menjadi sarana yang menawarkan keunggulan tersendiri. Media
elektronik, dengan ciri khasnya yang mampu menyapa masyarakat hingga ke ruang
pribadi, baik perorangan maupun perkelompok, dalam waktu singkat, menembus
batas ruang dan waktu, dengan cara yang menarik melalui tayangan audio visual
telah memberi nilai tambah.
Sifat dan karakteristik media elektronik
ini tentulah akan memberikan keuntungan lebih bagi para petarung politik,
khususnya mereka yang tengah berjuang memperebutkan kursi tertinggi sebagai
pemimpin negeri ini. Tidaklah mencengangkan bila wajah-wajah mereka kerap
lalu-lalang di media-media elektronik milik sendiri, dengan senyum merekah dan
suara lantang membuai setiap warga pemirsa medianya hingga terlena dengan
penampilannya.
Media elektronik memang telah
menjadi salah satu media yang dirasakan paling efektif bagi para kontestan ajang
pertarungan politik akbar 5 tahunan untuk menyemai pengaruh agar dapat menuai
lonjakan perolehan suara saat pemilihan umum dihelat. Di pesta demokrasi ini
mereka berlomba-lomba menghias layar kaca dengan beragam program yang
mengesankan keberpihakan pada rakyat.
Para pemilik media yang bertarung
memperebutkan tiket menuju posisi nomor 1 di negeri ini menggunakan segenap
pengaruhnya melalui beragam acara tayangan medianya. Semua itu diupayakan demi
mencapai target pun ambisi pribadi.
Lahirnya media baru sebagai hasil
dari perkembangan teknologi kian membuat media menjadi sarana yang sangat
berdaya guna bagi setiap pihak yang mampu memanfaatkannya. Tidak hanya dapat
menyajikan tayangan audio sekaligus visual, media barupun telah berhasil
meniadakan berbagai hambatan yang terkendala oleh struktur geografis. Duniapun
seakan datar tak berbatas dibuatnya.
Dengan segala kelebihannya, media
mampu menanamkan pengaruh di benak publik dan menggiringnya ke arah tujuan yang
diharapkan. Membentuk gambaran tertentu akan sebuah realita yang dibangun.
Layaknya sebuah lukisan, beragam jenis aliran dapat ditoreh oleh kuas dan tinta
media. Naturalis, realis hingga dekoratif perfeksionisme nan menawan hati yang
melihatnya.
Kelebihan inilah yang sangat
disadari oeh mereka yang memiliki media. Dengan ciamik mereka yang merangkap
posisi sebagai pebisnis media sekaligus politisi itu memanfaatkan setiap media
miliknya untuk membangun impresi yang diinginkan dalam alam pikiran setiap
insan di republik ini. Tak jarang para pemilik media membenamkan
cengkeramannya, menggemgamnya dan membawa medianya ke mana mereka inginkan. Tak
pelak publik disodorkan oleh ketidakberimbangan informasi yang disajikan oleh
sejumlah media sebagai dampak dari pengaruh sang penguasa dana. Tengok saja
betapa seringnya iklan kampanye pemilik media yang turut bertarung di kompetisi
kekuasaan berseliweran di setiap media yang terafiliasi dengannya.
Dengan segenap keunggulannya, media
cukup efektif sebagai sarana untuk menanamkan pengaruh kepada khalayaknya. Tak
jarang opini yang berkembang di publik merupakan hasil dari penyebaran
informasi yang dilakukan secara intensif oleh media.
Lalu bagaimana dengan mereka yang
tidak memilkinya ? Tidakkah ketiadaan akses ‘kekuasaan’ pada media menyodorkan
ketidakadilan dalam ajang adu pengaruh ini ?
Semestinya tidak. Sejatinya media
harus bersikap independen dalam menyajikan informasi kepada khalayaknya.
Semestinya media setia menjalankan peran sebagai sarana untuk mencerdaskan
bangsa ini dengan menjaga objektivitasnya. Tak peduli siapapun yang
memilikinya. Tak terpengaruh berapa besar dana yang digelontorkan sang pemilik
modal.
Namun mengapa jurang keadilan tetap
menganga lebar dalam industri media ? Mencermati bagaimana struktur dan kinerja
media serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat memberikan gambaran akan
adanya kesenjangan ini.
Komentar
Posting Komentar